Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Jumat, 08 Februari 2013

Afgansyah Reza New Album :)





Finally, I Got Afgansyah Reza's new Album  J ga perlu diceritain kaan dapetnya dari mana, yang pasti bukan ngerampok dari KFC Store, sih. Ada 10 track dan di album ini beragam banget jenis musiknya. Walaupun, menurut gue ga semua enak didenger kuping imut gue *ampuni aku* Tapi, sebagian besar gue suka kok J salah satu track yang langsung jadi favorit gue judulnya “Untukmu Aku Bertahan”. Ga’ tau liriknya awalnya cuma denger aja langsung kepingin tau ini lagu tentang apa. Liriknya kaya gini nih:

--

Untukmu Aku Bertahan – Afgansyah Reza
Composed: David Albert

Tenanglah kekasihku
Ku tahu hatimu menangis
Beranilah tuk percaya
Semua ini pasti berlalu
Meski takkan mudah
Namun kau takkan sendiri
Ku ada disini..

Untukmu aku akan bertahan
Dalam gelap takkan kutingalkan
Engkaulah teman sejati
Kekasihku di setiap hariku

Untuk hatimu ku kan bertahan
Sebentuk hati yang kunantikan
Hanya kau dan aku yang tahu
Arti cinta yang tlah kita punya

Beranilah dan percaya
Semua ini pasti berlalu
Meski takkan mudah
Namun kau takkan sendiri
Ku ada disini..

Jumat, 09 November 2012

Kinar is your past :')


Sebulan menuju hari pernikahanku, aku bahkan tersadar aku belum mengenal siapa laki-laki yang kelak akan menjalani hari-hari bersamaku dalam sebuah janji suci pada Tuhan. Laki-laki yang sebelumnya aku fikir aku pahami. Sandy, seniorku saat di sekolah menengah atas. Orang yang pertama kali membuat aku merasakan deg-degan saat berhadapan dengan laki-laki. Sesosok lelaki konyol yang sangat hangat kepada teman-temannya. Laki-laki yang membuat aku ingin diperlakukan sama seperti dia melakukan teman-temannya. Meski kita harus berpisah saat mengenyam pendidikan tinggi, aku terus berusaha mendapatkan segala informasi tentangnya. Tidak ada sedikitpun yang aku ingin lewatkan. Aku selalu ingin tahu dimana dia, apa kabarnya, apa saja kegiatannya daan,,,,, sudahkah dia memiliki kekasih? Aku fikir aku mengenalnya hanya dengan cara itu.

Sandy Permana Putra (30) dan aku, Renisa Ayunindya (28). Pernikahan kami akan berlangsung dalam hitungan hari. saling cinta? Aku belum bisa pastikan. Kami berdua dijodohkan karena kedua orang tua kami merupakan relasi bisnis. Sandy, hingga umurnya yang sangat matang tidak dapat memilih wanita yang akan dia nikahi. Padahal, jika dilihat dari keadaan finansialnya saat ini wanita mana yang tidak ingin diperistri olehnya. Sedangkan aku, haha, hanya Sandy satu-satunya laki-laki yang pernah membuat aku mengenal apa itu cinta. Soal kehidupan cinta Sandy, aku tidak berani menanyakan karena itu satu-satunya hal yang akan membuat Sandy diam semalaman. Sampai saat dimana Sandy mulai menunjukan aku pada masa lalunya……


Sudah sampai mana persiapan kamu untuk harinya kita?” Sandy bertanya saat pertemuan makan siang kami.

tinggal kesiapan mental aja dan itu urusan spiritual aku dan Tuhan” Aku tersenyum J

Aku mau ajak kamu ke Jakarta. Aku akan mengenalkanmu kepada teman-teman semasa kuliahku sekalian kita sebar undangan yang tersisa” Sandy memang kuliah di Jakarta dan aku tetap di Jogja bersama keluargaku, begitu juga dengan keluarganya yang memang memiliki usaha di Jogja. Senangnya aku saat mendengar Sandy akan membawaku kedalam lingkungannya dan teman-temannya. Sampai Saat ini memang belum pernah.

undangan? Untuk siapa lagi? Bukankah semua undangan untuk teman di luar Jogja sudah dikirim melalui paket?” aku bertanya.

ada beberapa undangan khusus yang harus aku berikan langsung. Kamu akan tahu sesampainya kita di Jakarta” Sandy mencoba meyakinkan aku yang mulai penasaran.


--


Jakarta, entah kenapa banyak orang berusaha mendapatkan tempat di kota ini. Kota ini sesak. Aah sudahlah, bukan itu yang terpenting sekarang. Toh, aku dan Sandy tidak akan tinggal di Jakarta nantinya. Pukul 11 pagi kami sudah tiba di Jakarta. Ntah, dari mana Sandy mendapatkan mobil sedan yang kami gunakan untuk berkeliling, Sandy mulai mengajakku ke suatu tempat. Satu jam berlalu kita sampai di Pemakaman. Wait, pemakaman? Kenapa? Siapa yang akan Sandy temui disini? Aku mengerutkan dahiku tapi tidak ingin bertanya. Sebelumnya Sandy sudah memperingatkan aku untuk tidak bertanya banyak hal dan ikuti saja kemana dia akan membawaku pergi.


Sampai disuatu kubur dengan nisan bertuliskan Cindy Kinara. Tulisan-tulisan di Nisan itu membuat aku mengambil  kesimpulan cepat kalau perempuan yang namanya tertulis di nisan itu adalah perempuan yang seumuran dengan Sandy. Mungkinkah dia mantan kekasihnya?

Kinar, sedang apa kamu di bawah? Kamu baik-baik aja? aku datang, kamu tau kaan?” suara Sandy mulai bergetar.

Aku akan menikah, dan perempuan disampingku ini adalah calonnya. Kamu bisa melihatnya dengan jelas? Oh ya, aku juga membawakan undangan untuk kamu. Spesial. Kamu harus datang karena aku akan dapat merasakan kamu hadir atau tidak, janji?” Sandy mulai menghapuskan air matanya yang mulai menetes pelan.

aku menepati janjiku. Janji bahwa aku akan bahagia dengan pasanganku dan mengenalkannya kepadamu. Aku menepati janjiku untuk membahagiakan orang tuaku dengan menikah. Aku menepati janjiku untuk memilih wanita yang baik untuk aku melanjutkan sisa hidupku sampai mungkin nanti kita bisa bertemu. Hanya satu yang tidak bisa aku lakukan, aku tidak bisa membuang semua tentang kamu. Dan saat perempuan yang akan menjadi istriku tahu semuanya dan dia masih bisa menerimaku, aku janji, di depan kuburmu, AKU AKAN MEMBAHAGIAKANNYA. Bukan karena kamu, tapi karena rasa syukurku kepada Tuhan yang telah mengirimkan kembali kepadaku wanita terbaik setelah kamu” aku tersentak, tanpa sadar ternyata aku juga meneteskan air mataku.

kamu boleh ngomong apa aja sekarang” Sandy menyadarkanku sembari memegang bahuku dan merubah posisi kami.


Aku? diizinkan berbicara apa saja? aku bahkan belum mengerti maksud Sandy. Tapi, mungkin aku akan mencoba menyampaikan beberapa hal kepada perempuan yang Sandy panggil Kinar, ini.

Kinar, Aku Icha perempuan pengagum Sandy dari SMA yang baru enam bulan lalu disarankan untuk menikah dengan Sandy karena kami sama-sama belum bisa menemukan pasangan. Aku sampai sekarang belum mengerti sedang ada apa disini? Sandy tidak banyak bercerita tentang masa lalunya. Tapi, bisakah sekarang aku berasumsi kamu adalah salah satu wanita penting bagi Sandy sebelumnya? Wanita yang mungkin membuat Sandy sulit mencari pendamping hidup sampai akhirnya dia menerima untuk dijodohkan denganku? Jika iya, aku ingin meminta izin untuk bisa bersama Sandy disisa hidup kami seperti yang tadi Sandy bilang. Aku tidak akan meminta bantuanmu atau bertanya bagaimana menjadi perempuan yang baik untuk Sandy, tapi aku janji aku akan menemukan caranya sendiri. Izinkan kami juga untuk setidaknya beberapa saat mengingat kamu, mengirimkan doa untuk kamu yang sekarang mungkin berada ditempat yang lebih baik dari kami sekarang. Aku mencintai Sandy dan akan terus bertambah setiap harinya, aku janji” air mataku jatuh dengan deras, aku menoleh kearah Sandy yang sedang sibuk membersihkan dan merapihkan makam Kinar dari rumput-rumput liar.


Tuhan, kenapa tiba-tiba aku merasa sesak? Kenapa harus sesedih ini? Aku bahkan tidak tahu perempuan seperti apa Cindy Kinara ini. Namun, aku tahu pasti seberapa penting Kinar untuk Sandy. Melihat dari air mata yang menetes dari mata laki-laki yang paling cool yang pernah aku kenal. Bukan hal yang mudah bagi laki-laki seperti Sandy meneteskan air mata seperti itu. Sandy adalah laki-laki yang baik, jika dia sesedih ini ditinggal untuk selama-lamanya oleh seseorang yang bukan anggota keluarganya, aku bisa membayangkan sebetapa baik perempuan ini. Tuhan, sampai kapanpun aku mungkin tidak bisa menggantikan Kinar di hati Sandy. Aku juga mungkin tidak akan bisa menjadi sebaik dia. Tapi, aku mohon Tuhan bantu aku temukan cara untuk mengisi kembali kekosongan hati Sandy saat ini, besok, dan selamanya. aku ingin melengkapi Sandy bagaimanapun caranya. Aku ingin, saat Sandy merasa dia sendiri dan tidak sanggup menghadapi dunia, dia dapat mengandalkanku untuk setidaknya sebagai sandaran tubuhnya. Seberapa pentingpun Kinar untuk Sandy saat ini, aku yakin Sandy akan menjadi pendamping terbaikku. Kinar, aku tau kamu perempuan yang baik dan kamu pasti juga akan bahagia pada harinya kami nanti. Kamu baik-baik ya disana. Sandy sangat mencintai kamu.

Selasa, 09 Oktober 2012

Panggil Aku Kadek!



Saat itu di Ubud, aku duduk menanti senja. Aku melihat beberapa gerbang Puri terpahat dengan Indah. Aku menghela nafas dan berbisik “betapa Indahnya Budaya Bali”. Aku memeluk erat tubuhku sendiri dan tiba-tiba aku merasakan  kehadiran sesosok Pria dan duduk disampingku. Wayan, aku segera tersenyum begitu aku tahu pria yang duduk disebelahku adalah pria yang selama ini menjadi idolaku. Yah, idola dengan segala kesempurnaannya.

Aku, Ayudia Dwi Putri berusia 20 tahun. Anak kedua dari 3 bersaudara. Mahasiswi akhir Universitas Negeri di Bali. Saat ini tentu tugas akhirku adalah prioritasku. Tapi, kenyataannya sosok pria hadir mengusik pikiranku. I Wayan Kusuma Putra, laki-laki yang aku kenal semenjak semester awal. Kini, aku baru menyadari jika ternyata aku cinta dia sejak dulu.

Waktu terasa sangat lama untuk akhirnya menyingkirkan jarak antara aku dan Wayan. 3 tahun terasa sangat lama untuk membuatku sadar ada cinta dihatiku, cinta yang selama ini aku kira milik lelaki yang menjadi kekasihku. “benarkah ini cinta?” aku sama sekali tidak berfikir ini akan datang.

Waktu bersama Wayan sangat singkat. Aku tidak memiliki banyak kesempatan untuk bersama dia. Sampai saat Tuhan mempertemukan kita dan memberikan sedikit waktu, aku semakin tersadar ada cinta untuk Wayan. “Akankah aku dan Wayan…..?” Aku menghentikan pertanyaanku. Aku sadar kita tidak mungkin akan bersama. Wayan, dia seorang laki-laki yang aku kira memiliki segudang kesempurnaan, dan aku, gadis perantauan biasa yang tidak memiliki satu hal pun yang dapat menjadikan aku dominan dimata dunia.

Wayan semakin sempurna dimataku. Dia bahkan memberikan aku sedikit harapan setidaknya untuk aku bisa menaruh sedikit hati untuknya. Namun, sesaat aku sadar aku salah. Dia tidak mengharapkan lebih atas aku. Saat harapan itu mulai besar, saat itu juga aku sadar aku dan Wayan berbeda.

Ponselku berdering “Yu, makan siang mau? Gue laper..” benarkah? Aku merasa ini suara Wayan. ”Ayuuu, mau gaaa?” Wayan seperti berteriak dibelakang gagang ponselnya.
emm, y  yaa. Bisa. Kapan?” aku terbata.
besok aja, terus gue mati kelaperan.” Wayan melanjutkan dengan tawa kecil.
Siang itu aku memilih salah satu restoran Sushi karena Wayan memintaku memilih tempat makan siang kita. Kenapa Sushi? Karena aku tau Sushi merupakan salah satu makanan favoritnya. Setidaknya aku bisa melihat dia makan dengan lahap siang ini. Dan, benar saja Wayan terlihat senang atas pilihan menu makan siang kali ini. “jalan yuk!” Wayan berkata sambil melanjutkan menghabiskan minumannya.
kemana? Oh ya, gue ngerasa aneh kok ga biasanya lo ajak gue ketemu” aku membalas.
yaudah ikut ajaa” Aku penasaran kenapa aku merasa hari ini Wayan ingin menyenangkan aku. kita berhenti disebuah rak besar yang berisi banyak pernak-pernik kesukaanku. Ada apa ini? Aku melirik kearah Wayan, dan dia tersenyum. Segera mungkin aku berjalan menjauhi rak-rak toko itu. Wayang menarik tanganku dan berkata “kenapa, Yu?
Aku marah “apa-apan sih nih? Ada apa? Lo bukan kaya Wayan yang gue kenal. Lo kenapa?
gue Cuma mau sekali aja dalam hidup gue bikin lo seneng. Selama ini, lo selalu menyenagkan gue meski secara ga langsung. Lo mungkin ga tau gue selalu happy ngeliat berbagai postingan lo di facebook dan twitter. Itu alasan gue suka komen..
Dheg.. dadaku terasa sesak mendengarnya. Siapa orang yang ada dihadapanku ini? Wayan? Ah tidak mungkin. Selama ini aku yang mengidolakannya, dia bahkan tidak tahu betapa aku menyukainya dan aku sama sekali tidak pernah berfikir dia akan seperti ini.
gue mau pulang”….. Aku menyelesaikan.


Aku melihat Ubud sangat Indah hari ini. Petakan sawah, gapura yang cantik. “udah lama yu disini?” Wayan… aah aku senang dia menghampiri aku disini. “lo udah ga marah kaan sama gue?” dia melanjutkan.
Aku tersenyum “engga, maafin gue ya? Gue terlalu emosional
gue seneng lo udah senyum lagi. Manisan gini tau.” Wayan tidak pernah seperti ini. Ah biar saja toh aku merasakan senang.
kita ga mungkin kan bisa sama-sama? Gue ngerasa lo udah tau semuanya, udah tau gue ada hati sama lo, udah tau kalo gue lebih dari sekedar mengidolakan elo. Dan sekarang lo dateng seolah mau kasih gue kesempatan untuk bisa sama lo. Ya kaan?” aku seolah tidak bisa berhenti berbicara. Angin kencang Ubud membuat udara seolah ikut bersitegang.
kita beda, lo dengan segala kelebihan lo, dengan segala hal yang membuat lo menjadi sangat sempurna dimata gue. kita jauh banget, Kita ga mungkin bisa deket apapun caranya, bagaimanapun jarak mendekatkan kita. Gue sakit, lo harusnya ga kaya gini, gue ga boleh punya perasaan kaya gini. gue benci sama lo. gue benci karena lo, gue harus ngerasa kehilangan tanpa gue pernah dikasih kesempatan untuk bisa ngerasa memiliki. Kita beda. Berbeda latar belakang, berbeda cara pandang, berbeda budaya…..”
“berbeda Agama” Wayan yang sejak tadi diam memotong pembicaraanku. Aku terbata dan menangis. Aku kecewa, bukan karena Wayan. Karena diriku sendiri. Aku marah dengan diriku yang bodoh, yang tidak sebanding dengan Wayan. Jika saja aku lebih cantik, lebih pintar, lebih segalanya, kesempatan dekat dengannya mungkin akan lebih banyak. Tapi, aku ingat Tuhanku sayang denganku dengan segala yang sudah diberikanNya kepadaku selama ini. Aku menangis, Wayan memelukku.


Aku tersadar. Ibu berteriak menyuruhku sembayang Ashar. Aku terlahir sebagai muslim dan orang tua selalu mengajarkan Agama dengan baik kepadaku dan saudara-saudaraku. Ternyata aku hanya berkhayal. Berkhayal Wayan akan datang kepadaku dan aku menolaknya. Konyol. pft, kebiasaan buruk!

Esok harinya, di perpustakaan kampus aku bertemu Wayan. Kami berbincang sedikit dan Wayan memberikan sedikit celotehannya yang membuat aku semakin merasa aku mencintai dia. Keadaan masih sama. Aku masih sebagai gadis Jawa yang bersekolah di Bali, yang menidolakan laki-laki Bali, dan sekarang tertarik dengan budaya Bali. Wayan, laki-laki dengan segala kesempurnaannya yang sampai sekarang tidak mengetahui ada aku, perempuan yang ternyata sudah memperhatikan dia dari hal yang paling kecil sejak pertemuan pertama semester awal perkuliahan.

Aku sempat berfikir, andaikan aku bisa bilang “bli tresna ken adi” semudah aku mengucapkan satu, dua, tiga. Andaikan kita bisa bersama semudah aku menyalakan kendaraan bermotorku. Mungkin jika aku berada disatu kebudayaan dengan Wayan aku tak perlu ragu untuk membuat aku semakin dekat dengan Wayan. Haaah,  Andaikan aku bisa berganti nama dan kebudayaan semudah aku mengangkat tanganku saat aku yakin bisa menjawab pertanyaan dosen di kelas. Aku tertawa kecil, Andaipun bisa, aku ingin dipanggil Kadek J

Kamis, 13 September 2012

Kha, I Love You


aku terkejut merasakan percikan hujan yang seakan menampar wajahku. Mengapa sederas ini? Apakah langit juga merasakan sakit seperti yang aku rasakan? Sehingga dia menangis seperti aku menangis saat ini? Sesaat udara terasa sangaat hangat. Akupun tak merasakan lagi kerasnya percikan air hujan. Namun aku segera tersadar, Kha ada dibelakangku. Tangan kanannya yang besar Memelukku dengan menyelimuti badanku yang hampir rubuh akibat dinginnya udara yang membuat darahku beku. Dia seakan tak ingin hujan terus menyakitiku dengan menadahkan payung untukku. Air mataku semakin tak bisa diam didalam kantung mataku. Seperti hujan, dia jatuh dengan derasnya. Dengan perlahan Kha berbisik padaku “waktu akan menjawab semua pertanyaanmu”

--

3 Tahun yang lalu…

Mana yang akan kamu pilih? Chilli kimchi ataau Chicken kimchi?” Aku memperlihatkan buku menu yang besarnya hampir membuat tangan aku tak dapat mengangkatnya. Kha terlihat mengerutkan dahinya “aku tak sebegitu suka pedas, berikan aku Kimchi dengan Ayam”. Aku bahkan tak dapat melepaskan pandanganku saat dia mencoba berfikir menu makan siang Kami saat itu.

Mataku terus berputar. Larutnya malam tak membuatku memiliki rasa kantuk. Isi kepalaku hanya ingin memutar kembali kejadian tadi siang yang membuatku merasa seperti orang gila. Aku mulai mencatat apa-apa saja yang dia suka, benda apa yang dia inginkan, atau mungkin harapan dia bersamaku? Aah, semua ini membuat ibuku hampir saja membawaku paksa ke Dokter ahli jiwa.

Waktu terasa singkat. Aku melewati hariku dengan penuh kebahagian. Rasa cinta Kha yang begitu besar untukku membuat aku tak pernah ingat kapan terakhir dia marah dengan sifat kekanak-kanakanku. Kita seakan membuat dunia membenci kita. Benci karena tidak ada yang bisa membuat kita terpisah dan benci karena hampir tidak ada yang bisa saling mencitai seperti layaknya aku dan Kha saling mencintai.

Sore itu, seperti biasa aku duduk dengan segelas coffee cream buatan ibuku. Terlalu banyak yang sedang aku fikirkan. Aku merasa semakin hari aku semakin membutuhkan Kha. Sedang apa dia sekarang? Apakah dia juga sedang memikirkanku saat ini? Semua terasa lengkap. Orang tua yang mencintaiku, keluarga yang selalu ada untukku. Daan, hehe pipiku selalu merah jika mengingatnya. Kha yang selalu membantu dan mengerti aku. Tunggu dulu, aku seperti mendengar suara kendaraan Kha. Aku segera keluar untuk memeriksa. Leganya ternyata pendengaranku masih amat sangat baik. Aku melihat Kha tengah mencium tangan ibuku dan sesaat senyum simpul ke arahku. Terimakasih Tuhan, aku begitu merasakan besarnya cinta Kha untukku.

tak seperti biasanya, Aku melihat ada yang berbeda dari sinar mata Kha. Ada apa ini? Apakah akan ada sesuatu yang buruk terjadi? Bagaimana kalau Kha mengatakan hal yang tak ingin aku dengar? Jantungku berdetak sangat keras memikirkan banyak sekali hal buruk yang akan terjadi. Padahal, itu mungkin salah. Tapi otakku seakan mudah saja membuat hipotesa – hipotesa buruk dengan kemauannya sendiri.

Gee” terdengar rapuhnya suara Kha. Aku hampir tak pernah melihat keraguan berkecamuk pada diri Kha.
Apakah ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?” aku gelisah. Aku bahkan tidak dapat menyusun kata menjadi kalimat yang baik untuk berbicara kepada Kha.
Aku harus pergi untuk bekerja. Perusahaanku juga menjanjikan aku untuk bisa meneruskan pendidikan tinggiku disana. Di Amerika”. Aku semakin tak bisa berkata-kata. Aku senang dengan kesempatan yang Kha dapat. Tapi, kenapa harus Amerika? Negara yang aku sendiri tidak pernah bayangkan. Yang selama ini hanya aku lihat di brosur – brosur perjalanan wisata. Aku tak ingin Kha pergi. Dia akan melupakan aku jika kita terpisah jarak sejauh itu. Tapi apakah aku akan terlalu jahat untuk orang yang selama ini aku cinta? Terlalu jahat karena tidak membiarkan dia mengambil kesempatan emasnya?.
Berapa lama?” air mataku menetes.
aku tidak bisa menjanjikan. Tapi aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan semua urusan ku disana dengan cepat. Aku harus pulang secepatnya. Untuk keluargaku, untuk Kamu”. Suara Kha kali ini terdengar sangat lantang dan penuh keyakinan. Aku semakin tak kuasa untuk menahan dia pergi.
Tapi bagaimana dengan aku? Bagaimana dengan hubungan kita?” bodohkah pertanyaan itu meluncur dari mulutku? Apa reaksi Kha mendengar hal ini?
sayang, kita akan baik – baik saja. Kamu akan baik – baik saja. Aku yang menjamin. Kamu harus percaya jika kita akan selalu baik – baik saja” Kha yang selama ini benci melihat aku menangis, kali ini dia adalah orang yang pertama kali mengusap air mataku.
Bagaimana jik tidak? Bagaimana jika ternyata aku tersakiti? Bagaimana jika saat aku tidak tahu apa yang kamu lakukan ada perempuan lain yang justru akan memberikan perhatian lebih disana? Bagaimanaaa?”. Aku tak dapat menahan tangisku. Aku histeris membayangkan sesuatu yang mungkin saja tidak akan pernah terjadi.
Kenapa kamu menjadi wanita yang sangat berlebihan? Aku sudah ingatkan kamu untuk membuang semua fikiran buruk kamu terhadapku. Aku kesini, baik – baik untuk memberitahu kamu, orang yang selama ini aku cintai. Aku tidak ingin ada 1 halpun terlewat untuk aku bagi bersama kamu!!”. Aku terkejut melihat Kha seperti itu. Matanya merah. Aku bahkan tidak tahu apakah itu luapan marahnya atau karena tak kuasa menahan air matanya? Kha tidak pernah seperti ini. Salahkah aku?
ooh ya? Bagaimana jika aku tidak mengizinkan? Bagaimana jika aku minta agar kamu tetap disini menemani aku. Wanita yang sangat kamu cintai?” aku tak sadar jika aku akan seegois ini. Hanya satu yang aku fikirkan. AKU TAKUT KEHILANGAN KHA.
Aku akan tetap pergi” tanpa rasa takut meninggalkanku, Kha dengan cepat berlalu begitu saja.


--


Setahun berlalu, aku masih ingat pertemuan terakhirku dengan Kha yang diakhiri dengan pertengkaran hebat. Aku bahkan tidak memiliki kemauan untuk mengantarkannya ke Bandar Udara saat dia harus pergi. Namun sesaat setelahnya hanya rasa sesal yang bisa aku pendam. Kha masih menjadi cinta yang sampai saat ini aku rasa adalah miliku. Hubungan kami tidak terlalu baik. Berkurangnya intensitas komunikasi dan jarak yang tak terhitung dengan jari-jariku mungilku membuat kami terasa asing. Kha terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Aku benci mengetahui bahwa, laki – laki yang selama ini menganggapku cinta sejatinya tak ada saat aku memerlukannya. Tak punya waktu saat aku ingin berbicara dengannya. Kha dengan segala pekerjaannya yang terus memutari otaknya seakan tak sabar menanggapi tingkahku.

Hari ini aku berulang tahun. Biasanya, Kha akan datang untuk memberikan aku sesuatu. Tapi kali ini, Kha berada ditempat yang sekarang adalah tempat yang aku benci. Tempat yang menjadi alasan aku dan Kha harus terpisah jarak. Tidak ada pesan dari Kha. Bahkan sampai se sore ini. Apakah dia masih bekerja? Atau, dia memang tak peduli lagi denganku? Jika begitu, aku akan sangat membencinya. 

Aku coba membuka surat elektronik Kha yang sejak dulu bisa ku akses karena memiliki kata sandinya. Aku melihat banyak sekali tugas dan pekerjaan yang harus Kha kerjakan. Tapi, tunggu dulu. Akun yang memiliki nama wanita ini membuatku penasaran. Apakah ini berhubunghan dengan pekerjaan? Aah kubuka sajalah. Toh Kha tidak akan mengetahuinya karena sebenarnya surat itu telah terbaca. Aku menemukan perbincangan mereka yang tidak semestinya menurutku. Mereka terlalu dekat. Tidak ada pembicaraan mengenai pekerjaan. Apa ini? Aku tidak bisa menerimanya. Telepon Kha tidak dapat dihubungi. Segera aku telfon ke apartemen tempat dia menginap. Aku mulai tidak dapat berfikir rasional. Aku minta telfon itu segera dihubungkan kepada Kha. Tepat!! Dia ada diapartemennya. Tapi kenapa dia tidak menjawab telfonku? Kenapa juga dia tidak menghubungiku? Fikiranku semakin kacau. Sesaat Kha mengangkat,
Hallo
darimana saja kamu? Kamu bahkan tidak memberikan aku ucapan selamat ulang tahun. Kamu sama sekali tidak menghubungiku dan aku tidak dapat menghubungimu. Aku melihat kamu berbincang dengan perepuan di surat elektronikmu. Apa yang ada difikiranmu? Kenapa kamu tidak mempedulikan aku?” kata – kata ku membuat aku seperti orang yang sedang membabi buta
selamat ulang tahun sayang. Semoga bisa terus menjadi yang terbaik. Aku mencintai kamu Gee” seakan tidak ada masalah yang terjadi Kha santai berucap.
maafkan aku, aku sedang sangat sibuk. Aku akan kembali saat musim dingin. Kita akan bertemu dan merayakan ulang tahunmu.” Lanjut Kha
aku tidak akan memaafkanmu. Kita akan berakhir. Ingat itu!!”
apa kamu serius dengan apa yang kamu katakan? Sayang coba berfikir, jangan turuti egomu. Aku akan kembali, aku janji. Kita akan baik – baik saja” Kha mencoba meyakinkanku.
kamu kembali sekarang atau kita akan benar – benar berakhir” segera aku tutup telfonku.

Aku menyesal, kenapa tadi harus ku tutup telfonnya? Kenapa kesempatan tadi tidak aku gunakan untuk berbicara banyak dengan Kha? Tuhan, bantu aku. Maafkan aku Tuhan. Aku ceroboh. Rasa sesal terus membayangiku. Aku lelah, aku kesepian, aku sedih. Aku ingin Kha, sekarang.


--


Kenapa kamu menjadi seperti ini?” suara lembut Kha terdengar berbisik ditelingaku.
Kenapa kmu berkhianat? Kenapa kamu meninggalkanku?” Aku kembali histeris.
Aku tidak pernah meninggalkanmu. Aku sudah menjelaskan alasan aku pergi. Dan wanita di email itu hanya teman lamaku. Kamu harus percaya aku.” Kha hampir menangis
Sesak rasanya mengetahui wanita yang selama ini aku sayang menjadi wanita yang tidak lagi membuatku merasa nyaman. Maafkan aku, aku harus benar – benar pergi.” Kha melanjutkan
Segera aku menarik tangan Kha dan bertanya, “apa maksudmu? Kamu ingin mengakhiri semuanya?”
aku tidak ingin. Tapi aku harus” Kha pergi ditengah hujan lebat diluar
jangan tinggalkan aku, kembali Kha. Aku ingin terus bersama kamu” aku mengejarnya.
Kenapa? Kenapa kamu harus menyesal sekarang? Saat aku rasa kita sudah tidak bisa bersama? ”Kha pergi secepat kilat dengan kendaraannya.
Aku merasa sekarang petir benar - benar menyambarku. Aku menyesal. Aku tidak tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku sangat mencintai Kha. Tuhan, bawa Kha kembali.

Percikan hujan terasa seakan menampar wajahku. Mengapa sederas ini? Apakah langit juga merasakan sakit seperti yang aku rasakan? Sehingga dia menangis seperti aku menangis saat ini? Sesaat udara terasa sangaaat hangat. Akupun tak merasakan lagi kerasnya percikan air hujan. Namun aku segera tersadar, Kha ada dibelakangku. Tangan kanannya yang besar Memelukku dengan menyelimuti badanku yang hampir rubuh akibat dinginnya udara dan membuat darahku beku. Dia seakan tak ingin hujan terus menyakitiku dengan menadahkan payung untukku. Air mataku semakin tak bisa diam didalam kantung mataku. Seperti hujan, dia jatuh dengan derasnya. Dengan perlahan Kha berbisik padaku “waktu akan menjawab semua pertanyaanmu”


--


aku terbangun. Aah ternyata pertemuan aku dengan Kha hanya bunga tidurku semalam. Tapi, Akankah mimpi itu menjadi nyata? Semoga saja tidak. Aku segera keluar kamar. Aku lihat Ibuku tersenyum kearahku sambil menyiapkan sarapan. Diruang tengah, Ayah yang hendak berangkat kerja menyempatkan diri untuk menyaksikan tayangan berita televisi.

Ka, sini. Ada kecelakaan pesawat. Pesawat dari Amerika menuju Korea. Waaah mengerikan sekali ya? Semua penumpang tewas.” Ayahku memanggilku dan memintaku untuk ikut serta menyaksikan berita yang sedikit membuatku tercengang pagi itu. Ayah dan aku terus menyaksikan acara itu. Entah kenapa aku merasa aku harus memperhatikan setiap detail berita kecelakaan pesawat yang membuat Ayah menunda sarapannya. Saat televisi menampilkan nama – nama korban aku tertegun. Apakah iya? Apakah nama Kha yang aku liat di televisi itu adalah seorang Kha yang aku kenal? Tidak, tidak mungkin. Kha mengatakan kalau ia akan pulang saat musim dingin. Itu bukan Kha aku. Bukan Kha yang aku cinta. Ayah yang juga memperhatikan berita sejak tadi segera menarik tubuhku yang lemas. Sekarang Kita berdua ada dimobil yang aku sendiri tak tahu akan membawa ku kemana. Ayah juga menelfon temannya yang bekerja di Bandar udara Internasional. Aku seperti kehilangan tenaga. Adakah tempat seperti surga untukku meletakan tubuh lemasku? Aku hanya melihat Kha diotakku. Tuhan, ada apa ini? Tuhan tolong beri aku jawaban segera, sekarang!! Air mataku menetes. Sesekali aku merasa Ayah melihat kearahku.

Sesampainya di Bandar Udara, terlihat seseorang pria seumuran Ayah menghampiri dan mengangguk kepada Ayah. Seperti mengiyakan sesuatu. Ayah segera memelukku. Aku masih belum sadar apa yang sedang terjadi. Kha, aku mohon temui aku seperti kita bertemu di  mimpiku semalam. Aku mohon.


--


Malam itu, malam dimana aku marah dan meminta Kha untuk segera kembali. Kha segera ke Bandar Udara untuk membeli tiket penerbangan terakhir ke Korea. Kha, laki – laki itu terbang dengan pesawat yang baru tadi pagi aku tahu jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya.

Aku benar – benar menyesal, tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Tuhan, aku tahu engkau disana. Bantu aku dan berikan aku jawaban. Aku tidak ingin waktu terlalu lama memberi tahu aku. Aku takut, jika Aku menunggu waktu seperti yang dikatakan Kha dimimpiku itu akan membunuhku secara perlahan.

Jumat, 30 Desember 2011

harga seorang teman

panas terik membuat 2 gadis dengan kaus lusuh mereka terpaksa meneguk air yang dijual dipinggir jalan. terdengar keluhan dari salah satunya "kau yakin akan membeli minum disini? bahkan tempatnya sangat tidak bersih". "jika kau masih bisa menahan keringnya tenggorokanmu, silahkan saja tunggu sampai sore untuk kau bisa menemukan mall", hentak temannya sambil memberikan bayaran untuk minumannya kepada penjual minuman dipinggir pasar yang penuh sesak.
"kalau saja bukan untuk mendapatkan uang tambahan, aku tidak akan mau menerjang tajamnya sinar matahari siang ini. lihat saja, dia bahkan tidak peduli dengan kita berdua. apakah karna dia fikir dia punya segalanya?". "memangnya siapa yang sedang kau bicarakan?". "siapa lagi? Laura. putri raja yang selalu saja membuat aku kesal". "bukankan dia sangat baik? bahkan dia mau menolong kita untuk mendapatkan uang tambahan.". "begitukah menurrutmu? dia harusnya ada bersama kita disini. menahan panas bersama sama. tapi apa yang ada sekarang? bisakah kau bayangkan sedang apa dia sekarang dirumahnya?" . "seperti biasa yang dia lakukan menikmati siaran televisi sambil tidur dikamarnya dengan sejuknya angin AC". jawab Asti dengan polosnya. "kalau saja aku.............." sambung Putri dengan sangat antusias!!

to be continue............

friend (?)

teman, gue bener bener pingin tau apa yang terucap pertama kali saat gue tanya apa itu TEMAN? gue yakin mayoritas akan menjawab someone who understand me. really? kalo gue, gue pasti akan ketawa dulu sebelum jawab.
before, i think life means like need each other and help each other. but now there is only have time of need , not when to help each other.  kalo udah ngomong gitu berarti berkaitan dengan orang sekeliling ya? dan gue sedang akan membicarakan soal teman (?) emang semua suka diluar dugaan sik. teman itu ada yg bisa sangat baik tapi ternyata justru simpen dendamnya gede banget lho. kadang, kesalahan kecil aja bisa bikin orang yang "baik" bisa jadi jahat banget. biasanya orang kaya gitu orang yang takut kecewa. hidup itu memang ga akan selalu berjalan sesuai dengan apa yang kita hendaki. saat harus merasa kecewa, don't let your self fall down there. 
ga ada orang yang ga pernah kecewa sih. tapi gue belajar satu hal: "aku belajar memahami diriku sendiri. saat aku sadar telah membuat seseorang kecewa, aku hanya ingin mereka tahu, aku amat menyesal dengan semua keadaan yg telah berubah dan tidak terlambat rasanya untukku ingin memperbaiki".
tapi...........
dengan berjalannya waktu, gue semakin tau kepada siapa gue benar benar harus menyesali kesalahan. dan itu bukan lo! HA-HA-HA
semua manusia sama. selalu salah selalu lupa itu kenapa Tuhan ciptain manusia lain untuk mengingatkan. tapi ada juga manusia lain yang diciptakan untuk lalu membenci. and i make sure the last option is not "friend".
jadi, apa pendapat kalian tentang teman?
loving you reader :)

Ira Purnamasari   

Rabu, 07 September 2011

little things that I have got in my life :')


Jadi ya gatau kenapa hari ini mulai berfikir apa yang bakal gue kerjain di masa depan. saat ini gue kuliah Ilmu Komunikasi penjurusan Broadcast Journalism. Arahnya akan jadi wartawan dong ya? Apalagi dikampus lebih dikhususkan belajar untuk peliputan berita. Pernah berfikir akan sangat mencita-citakan kerja di MetroTv, pasti keren jadi wartawan tv berita. Apalagi gue kebetulan suka sama beberapa progam disana. Tapi engga untuk hari ini.
Hari ini gue berfikir, pilihan itu kapanpun bisa berubah. gue ga mau jadi jurnalis, itu pilihan gue sekarang. kenapa gue sekarang belajar broadcast? belajar mah apa aja kali. ada yang nyangka ga, setelah lulus ilmu perhotelan dan pariwisata gue ambil broadcast? gue sendiri aja bingung. tapi gue bertanggung jawab atas pilihan gue. saat ini pun gue bertanggung jawab sama pendidikan yang sedang gue jalanin. gue harus pinter, gue harus bisa, dan gue harus punya pengalaman. kalo setelah lulus ilmu komunikasi ini gue ambil hubungan internasional, salah? lo mau kerja jadi sekertaris (misal) memang sih harus ambil ilmu dasar kesekertarisan, tapi kalo mau buka pengetahuan lebih luas, itu baru namanya cerdas. kalo lo mikir tugas dan tanggung jawab anak kuliahan itu besaar, salaah. setelah lulus masih akan ada yang lebih besar.
eh tapi (kayanya) jadi jurnalis itu enak tau. lo yg pertama tau soal berita yg 'akan diangkat' di media. rasanya beda, saat lo liat dan deket banget sama mobil baracuda yg ngangkut tersangka terorisme setelah dia di sidang di Pengadilan Negeri. seru! saat lo harus ikut rombongan demo jalan tengah hari bolong cuma buat cari berita dan narasumber berita yang disiarin di tv. gue pribadi sih suka. soalnya gue cuma anak kuliahan dan baru praktek untuk tugas pula, bisa liput berita yang diliput juga sama tv, apalagi kalo itu berita nasional. sampe harus tetap ramah saat ada narsum genit gangguin lo (perempuan) ganggu banget smpe telfon². ko bisa sih telfon telfon? ya karna titipan pesan dari sesepuh, kalo narasumber minta contact lo, kasih aja. GUE PASRAH. tapi ya, lo di gangguin sm mereka yg taunya lo itu WARTAWAN. wuih. itu pernah lho gue alamin. seru. but i think i just wanna make it my experience untuk serius, gue belum siap dan ga mau  

ini foto pas gye liputan didepan gedung DPR. liputan saat ada demo Perangkat Desa yang nuntut otonomi daerah.
suka sih, tapi gue pingin jadi cewe kantoran. hahahaha.