Sebulan menuju hari pernikahanku, aku bahkan tersadar
aku belum mengenal siapa laki-laki yang kelak akan menjalani hari-hari
bersamaku dalam sebuah janji suci pada Tuhan. Laki-laki yang sebelumnya aku
fikir aku pahami. Sandy, seniorku saat di sekolah menengah atas. Orang yang
pertama kali membuat aku merasakan deg-degan
saat berhadapan dengan laki-laki. Sesosok lelaki konyol yang sangat hangat
kepada teman-temannya. Laki-laki yang membuat aku ingin diperlakukan sama
seperti dia melakukan teman-temannya. Meski kita harus berpisah saat mengenyam
pendidikan tinggi, aku terus berusaha mendapatkan segala informasi tentangnya.
Tidak ada sedikitpun yang aku ingin lewatkan. Aku selalu ingin tahu dimana dia,
apa kabarnya, apa saja kegiatannya daan,,,,, sudahkah dia memiliki kekasih? Aku
fikir aku mengenalnya hanya dengan cara itu.
Sandy Permana Putra (30) dan aku, Renisa Ayunindya (28).
Pernikahan kami akan berlangsung dalam hitungan hari. saling cinta? Aku belum
bisa pastikan. Kami berdua dijodohkan karena kedua orang tua kami merupakan
relasi bisnis. Sandy, hingga umurnya yang sangat matang tidak dapat memilih
wanita yang akan dia nikahi. Padahal, jika dilihat dari keadaan finansialnya
saat ini wanita mana yang tidak ingin diperistri olehnya. Sedangkan aku, haha,
hanya Sandy satu-satunya laki-laki yang pernah membuat aku mengenal apa itu
cinta. Soal kehidupan cinta Sandy, aku tidak berani menanyakan karena itu
satu-satunya hal yang akan membuat Sandy diam semalaman. Sampai saat dimana
Sandy mulai menunjukan aku pada masa lalunya……
“Sudah sampai
mana persiapan kamu untuk harinya kita?” Sandy bertanya saat pertemuan
makan siang kami.
“tinggal
kesiapan mental aja dan itu urusan spiritual aku dan Tuhan” Aku tersenyum J
“Aku mau ajak
kamu ke Jakarta. Aku akan mengenalkanmu kepada teman-teman semasa kuliahku
sekalian kita sebar undangan yang tersisa” Sandy memang kuliah di Jakarta
dan aku tetap di Jogja bersama keluargaku, begitu juga dengan keluarganya yang
memang memiliki usaha di Jogja. Senangnya aku saat mendengar Sandy akan
membawaku kedalam lingkungannya dan teman-temannya. Sampai Saat ini memang
belum pernah.
“undangan? Untuk
siapa lagi? Bukankah semua undangan untuk teman di luar Jogja sudah dikirim
melalui paket?” aku bertanya.
“ada beberapa
undangan khusus yang harus aku berikan langsung. Kamu akan tahu sesampainya
kita di Jakarta” Sandy mencoba meyakinkan aku yang mulai penasaran.
--
Jakarta, entah kenapa banyak orang berusaha
mendapatkan tempat di kota ini. Kota ini sesak. Aah sudahlah, bukan
itu yang terpenting sekarang. Toh, aku dan Sandy tidak akan tinggal di Jakarta
nantinya. Pukul 11 pagi kami sudah tiba di Jakarta. Ntah, dari mana Sandy
mendapatkan mobil sedan yang kami gunakan untuk berkeliling, Sandy mulai
mengajakku ke suatu tempat. Satu jam berlalu kita sampai di Pemakaman. Wait, pemakaman? Kenapa? Siapa yang akan
Sandy temui disini? Aku mengerutkan dahiku tapi tidak ingin bertanya.
Sebelumnya Sandy sudah memperingatkan aku untuk tidak bertanya banyak hal dan
ikuti saja kemana dia akan membawaku pergi.
Sampai disuatu kubur dengan nisan bertuliskan Cindy
Kinara. Tulisan-tulisan di Nisan itu membuat aku mengambil kesimpulan cepat kalau perempuan yang namanya tertulis di nisan itu adalah perempuan yang seumuran
dengan Sandy. Mungkinkah dia mantan kekasihnya?
“Kinar, sedang
apa kamu di bawah? Kamu baik-baik aja? aku datang, kamu tau kaan?” suara
Sandy mulai bergetar.
“Aku akan
menikah, dan perempuan disampingku ini adalah calonnya. Kamu bisa melihatnya
dengan jelas? Oh ya, aku juga membawakan undangan untuk kamu. Spesial. Kamu
harus datang karena aku akan dapat merasakan kamu hadir atau tidak, janji?” Sandy
mulai menghapuskan air matanya yang mulai menetes pelan.
“aku menepati
janjiku. Janji bahwa aku akan bahagia dengan pasanganku dan mengenalkannya
kepadamu. Aku menepati janjiku untuk membahagiakan orang tuaku dengan menikah.
Aku menepati janjiku untuk memilih wanita yang baik untuk aku melanjutkan sisa
hidupku sampai mungkin nanti kita bisa bertemu. Hanya satu yang tidak bisa aku
lakukan, aku tidak bisa membuang semua tentang kamu. Dan saat perempuan yang
akan menjadi istriku tahu semuanya dan dia masih bisa menerimaku, aku janji, di
depan kuburmu, AKU AKAN MEMBAHAGIAKANNYA. Bukan karena kamu, tapi karena rasa syukurku kepada Tuhan yang telah
mengirimkan kembali kepadaku wanita terbaik setelah kamu” aku tersentak,
tanpa sadar ternyata aku juga meneteskan air mataku.
“kamu boleh
ngomong apa aja sekarang” Sandy menyadarkanku sembari memegang bahuku dan merubah posisi kami.
Aku? diizinkan berbicara apa saja? aku bahkan belum
mengerti maksud Sandy. Tapi, mungkin aku akan mencoba menyampaikan beberapa hal
kepada perempuan yang Sandy panggil Kinar, ini.
“Kinar, Aku
Icha perempuan pengagum Sandy dari SMA yang baru enam bulan lalu
disarankan untuk menikah dengan Sandy karena kami sama-sama belum bisa menemukan
pasangan. Aku sampai sekarang belum mengerti sedang ada apa disini? Sandy tidak
banyak bercerita tentang masa lalunya. Tapi, bisakah sekarang aku berasumsi
kamu adalah salah satu wanita penting bagi Sandy sebelumnya? Wanita yang mungkin
membuat Sandy sulit mencari pendamping hidup sampai akhirnya dia menerima untuk
dijodohkan denganku? Jika iya, aku ingin meminta izin untuk bisa bersama Sandy
disisa hidup kami seperti yang tadi Sandy bilang. Aku tidak akan meminta
bantuanmu atau bertanya bagaimana menjadi perempuan yang baik untuk Sandy, tapi
aku janji aku akan menemukan caranya sendiri. Izinkan kami juga untuk
setidaknya beberapa saat mengingat kamu, mengirimkan doa untuk kamu yang
sekarang mungkin berada ditempat yang lebih baik dari kami sekarang. Aku
mencintai Sandy dan akan terus bertambah setiap harinya, aku janji” air
mataku jatuh dengan deras, aku menoleh kearah Sandy yang sedang sibuk
membersihkan dan merapihkan makam Kinar dari rumput-rumput liar.
Tuhan, kenapa tiba-tiba aku merasa sesak? Kenapa harus
sesedih ini? Aku bahkan tidak tahu perempuan seperti apa Cindy Kinara ini.
Namun, aku tahu pasti seberapa penting Kinar untuk Sandy. Melihat dari air mata
yang menetes dari mata laki-laki yang paling cool yang pernah aku kenal. Bukan hal yang mudah bagi laki-laki
seperti Sandy meneteskan air mata seperti itu. Sandy adalah laki-laki yang
baik, jika dia sesedih ini ditinggal untuk selama-lamanya oleh seseorang yang
bukan anggota keluarganya, aku bisa membayangkan sebetapa baik perempuan ini. Tuhan, sampai kapanpun aku mungkin tidak bisa menggantikan Kinar di hati
Sandy. Aku juga mungkin tidak akan bisa menjadi sebaik dia. Tapi, aku mohon
Tuhan bantu aku temukan cara untuk mengisi kembali kekosongan hati Sandy saat
ini, besok, dan selamanya. aku ingin melengkapi Sandy bagaimanapun caranya. Aku ingin, saat Sandy merasa dia sendiri dan tidak
sanggup menghadapi dunia, dia dapat mengandalkanku untuk setidaknya sebagai
sandaran tubuhnya. Seberapa pentingpun Kinar untuk Sandy saat ini, aku yakin Sandy
akan menjadi pendamping terbaikku. Kinar, aku tau kamu perempuan yang baik dan
kamu pasti juga akan bahagia pada harinya kami nanti. Kamu baik-baik ya disana.
Sandy sangat mencintai kamu.
0 komentar:
Posting Komentar