Welcome to my blog, hope you enjoy reading
RSS

Kamis, 13 September 2012

Kha, I Love You


aku terkejut merasakan percikan hujan yang seakan menampar wajahku. Mengapa sederas ini? Apakah langit juga merasakan sakit seperti yang aku rasakan? Sehingga dia menangis seperti aku menangis saat ini? Sesaat udara terasa sangaat hangat. Akupun tak merasakan lagi kerasnya percikan air hujan. Namun aku segera tersadar, Kha ada dibelakangku. Tangan kanannya yang besar Memelukku dengan menyelimuti badanku yang hampir rubuh akibat dinginnya udara yang membuat darahku beku. Dia seakan tak ingin hujan terus menyakitiku dengan menadahkan payung untukku. Air mataku semakin tak bisa diam didalam kantung mataku. Seperti hujan, dia jatuh dengan derasnya. Dengan perlahan Kha berbisik padaku “waktu akan menjawab semua pertanyaanmu”

--

3 Tahun yang lalu…

Mana yang akan kamu pilih? Chilli kimchi ataau Chicken kimchi?” Aku memperlihatkan buku menu yang besarnya hampir membuat tangan aku tak dapat mengangkatnya. Kha terlihat mengerutkan dahinya “aku tak sebegitu suka pedas, berikan aku Kimchi dengan Ayam”. Aku bahkan tak dapat melepaskan pandanganku saat dia mencoba berfikir menu makan siang Kami saat itu.

Mataku terus berputar. Larutnya malam tak membuatku memiliki rasa kantuk. Isi kepalaku hanya ingin memutar kembali kejadian tadi siang yang membuatku merasa seperti orang gila. Aku mulai mencatat apa-apa saja yang dia suka, benda apa yang dia inginkan, atau mungkin harapan dia bersamaku? Aah, semua ini membuat ibuku hampir saja membawaku paksa ke Dokter ahli jiwa.

Waktu terasa singkat. Aku melewati hariku dengan penuh kebahagian. Rasa cinta Kha yang begitu besar untukku membuat aku tak pernah ingat kapan terakhir dia marah dengan sifat kekanak-kanakanku. Kita seakan membuat dunia membenci kita. Benci karena tidak ada yang bisa membuat kita terpisah dan benci karena hampir tidak ada yang bisa saling mencitai seperti layaknya aku dan Kha saling mencintai.

Sore itu, seperti biasa aku duduk dengan segelas coffee cream buatan ibuku. Terlalu banyak yang sedang aku fikirkan. Aku merasa semakin hari aku semakin membutuhkan Kha. Sedang apa dia sekarang? Apakah dia juga sedang memikirkanku saat ini? Semua terasa lengkap. Orang tua yang mencintaiku, keluarga yang selalu ada untukku. Daan, hehe pipiku selalu merah jika mengingatnya. Kha yang selalu membantu dan mengerti aku. Tunggu dulu, aku seperti mendengar suara kendaraan Kha. Aku segera keluar untuk memeriksa. Leganya ternyata pendengaranku masih amat sangat baik. Aku melihat Kha tengah mencium tangan ibuku dan sesaat senyum simpul ke arahku. Terimakasih Tuhan, aku begitu merasakan besarnya cinta Kha untukku.

tak seperti biasanya, Aku melihat ada yang berbeda dari sinar mata Kha. Ada apa ini? Apakah akan ada sesuatu yang buruk terjadi? Bagaimana kalau Kha mengatakan hal yang tak ingin aku dengar? Jantungku berdetak sangat keras memikirkan banyak sekali hal buruk yang akan terjadi. Padahal, itu mungkin salah. Tapi otakku seakan mudah saja membuat hipotesa – hipotesa buruk dengan kemauannya sendiri.

Gee” terdengar rapuhnya suara Kha. Aku hampir tak pernah melihat keraguan berkecamuk pada diri Kha.
Apakah ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan?” aku gelisah. Aku bahkan tidak dapat menyusun kata menjadi kalimat yang baik untuk berbicara kepada Kha.
Aku harus pergi untuk bekerja. Perusahaanku juga menjanjikan aku untuk bisa meneruskan pendidikan tinggiku disana. Di Amerika”. Aku semakin tak bisa berkata-kata. Aku senang dengan kesempatan yang Kha dapat. Tapi, kenapa harus Amerika? Negara yang aku sendiri tidak pernah bayangkan. Yang selama ini hanya aku lihat di brosur – brosur perjalanan wisata. Aku tak ingin Kha pergi. Dia akan melupakan aku jika kita terpisah jarak sejauh itu. Tapi apakah aku akan terlalu jahat untuk orang yang selama ini aku cinta? Terlalu jahat karena tidak membiarkan dia mengambil kesempatan emasnya?.
Berapa lama?” air mataku menetes.
aku tidak bisa menjanjikan. Tapi aku akan berusaha sebaik mungkin untuk menyelesaikan semua urusan ku disana dengan cepat. Aku harus pulang secepatnya. Untuk keluargaku, untuk Kamu”. Suara Kha kali ini terdengar sangat lantang dan penuh keyakinan. Aku semakin tak kuasa untuk menahan dia pergi.
Tapi bagaimana dengan aku? Bagaimana dengan hubungan kita?” bodohkah pertanyaan itu meluncur dari mulutku? Apa reaksi Kha mendengar hal ini?
sayang, kita akan baik – baik saja. Kamu akan baik – baik saja. Aku yang menjamin. Kamu harus percaya jika kita akan selalu baik – baik saja” Kha yang selama ini benci melihat aku menangis, kali ini dia adalah orang yang pertama kali mengusap air mataku.
Bagaimana jik tidak? Bagaimana jika ternyata aku tersakiti? Bagaimana jika saat aku tidak tahu apa yang kamu lakukan ada perempuan lain yang justru akan memberikan perhatian lebih disana? Bagaimanaaa?”. Aku tak dapat menahan tangisku. Aku histeris membayangkan sesuatu yang mungkin saja tidak akan pernah terjadi.
Kenapa kamu menjadi wanita yang sangat berlebihan? Aku sudah ingatkan kamu untuk membuang semua fikiran buruk kamu terhadapku. Aku kesini, baik – baik untuk memberitahu kamu, orang yang selama ini aku cintai. Aku tidak ingin ada 1 halpun terlewat untuk aku bagi bersama kamu!!”. Aku terkejut melihat Kha seperti itu. Matanya merah. Aku bahkan tidak tahu apakah itu luapan marahnya atau karena tak kuasa menahan air matanya? Kha tidak pernah seperti ini. Salahkah aku?
ooh ya? Bagaimana jika aku tidak mengizinkan? Bagaimana jika aku minta agar kamu tetap disini menemani aku. Wanita yang sangat kamu cintai?” aku tak sadar jika aku akan seegois ini. Hanya satu yang aku fikirkan. AKU TAKUT KEHILANGAN KHA.
Aku akan tetap pergi” tanpa rasa takut meninggalkanku, Kha dengan cepat berlalu begitu saja.


--


Setahun berlalu, aku masih ingat pertemuan terakhirku dengan Kha yang diakhiri dengan pertengkaran hebat. Aku bahkan tidak memiliki kemauan untuk mengantarkannya ke Bandar Udara saat dia harus pergi. Namun sesaat setelahnya hanya rasa sesal yang bisa aku pendam. Kha masih menjadi cinta yang sampai saat ini aku rasa adalah miliku. Hubungan kami tidak terlalu baik. Berkurangnya intensitas komunikasi dan jarak yang tak terhitung dengan jari-jariku mungilku membuat kami terasa asing. Kha terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Aku benci mengetahui bahwa, laki – laki yang selama ini menganggapku cinta sejatinya tak ada saat aku memerlukannya. Tak punya waktu saat aku ingin berbicara dengannya. Kha dengan segala pekerjaannya yang terus memutari otaknya seakan tak sabar menanggapi tingkahku.

Hari ini aku berulang tahun. Biasanya, Kha akan datang untuk memberikan aku sesuatu. Tapi kali ini, Kha berada ditempat yang sekarang adalah tempat yang aku benci. Tempat yang menjadi alasan aku dan Kha harus terpisah jarak. Tidak ada pesan dari Kha. Bahkan sampai se sore ini. Apakah dia masih bekerja? Atau, dia memang tak peduli lagi denganku? Jika begitu, aku akan sangat membencinya. 

Aku coba membuka surat elektronik Kha yang sejak dulu bisa ku akses karena memiliki kata sandinya. Aku melihat banyak sekali tugas dan pekerjaan yang harus Kha kerjakan. Tapi, tunggu dulu. Akun yang memiliki nama wanita ini membuatku penasaran. Apakah ini berhubunghan dengan pekerjaan? Aah kubuka sajalah. Toh Kha tidak akan mengetahuinya karena sebenarnya surat itu telah terbaca. Aku menemukan perbincangan mereka yang tidak semestinya menurutku. Mereka terlalu dekat. Tidak ada pembicaraan mengenai pekerjaan. Apa ini? Aku tidak bisa menerimanya. Telepon Kha tidak dapat dihubungi. Segera aku telfon ke apartemen tempat dia menginap. Aku mulai tidak dapat berfikir rasional. Aku minta telfon itu segera dihubungkan kepada Kha. Tepat!! Dia ada diapartemennya. Tapi kenapa dia tidak menjawab telfonku? Kenapa juga dia tidak menghubungiku? Fikiranku semakin kacau. Sesaat Kha mengangkat,
Hallo
darimana saja kamu? Kamu bahkan tidak memberikan aku ucapan selamat ulang tahun. Kamu sama sekali tidak menghubungiku dan aku tidak dapat menghubungimu. Aku melihat kamu berbincang dengan perepuan di surat elektronikmu. Apa yang ada difikiranmu? Kenapa kamu tidak mempedulikan aku?” kata – kata ku membuat aku seperti orang yang sedang membabi buta
selamat ulang tahun sayang. Semoga bisa terus menjadi yang terbaik. Aku mencintai kamu Gee” seakan tidak ada masalah yang terjadi Kha santai berucap.
maafkan aku, aku sedang sangat sibuk. Aku akan kembali saat musim dingin. Kita akan bertemu dan merayakan ulang tahunmu.” Lanjut Kha
aku tidak akan memaafkanmu. Kita akan berakhir. Ingat itu!!”
apa kamu serius dengan apa yang kamu katakan? Sayang coba berfikir, jangan turuti egomu. Aku akan kembali, aku janji. Kita akan baik – baik saja” Kha mencoba meyakinkanku.
kamu kembali sekarang atau kita akan benar – benar berakhir” segera aku tutup telfonku.

Aku menyesal, kenapa tadi harus ku tutup telfonnya? Kenapa kesempatan tadi tidak aku gunakan untuk berbicara banyak dengan Kha? Tuhan, bantu aku. Maafkan aku Tuhan. Aku ceroboh. Rasa sesal terus membayangiku. Aku lelah, aku kesepian, aku sedih. Aku ingin Kha, sekarang.


--


Kenapa kamu menjadi seperti ini?” suara lembut Kha terdengar berbisik ditelingaku.
Kenapa kmu berkhianat? Kenapa kamu meninggalkanku?” Aku kembali histeris.
Aku tidak pernah meninggalkanmu. Aku sudah menjelaskan alasan aku pergi. Dan wanita di email itu hanya teman lamaku. Kamu harus percaya aku.” Kha hampir menangis
Sesak rasanya mengetahui wanita yang selama ini aku sayang menjadi wanita yang tidak lagi membuatku merasa nyaman. Maafkan aku, aku harus benar – benar pergi.” Kha melanjutkan
Segera aku menarik tangan Kha dan bertanya, “apa maksudmu? Kamu ingin mengakhiri semuanya?”
aku tidak ingin. Tapi aku harus” Kha pergi ditengah hujan lebat diluar
jangan tinggalkan aku, kembali Kha. Aku ingin terus bersama kamu” aku mengejarnya.
Kenapa? Kenapa kamu harus menyesal sekarang? Saat aku rasa kita sudah tidak bisa bersama? ”Kha pergi secepat kilat dengan kendaraannya.
Aku merasa sekarang petir benar - benar menyambarku. Aku menyesal. Aku tidak tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku sangat mencintai Kha. Tuhan, bawa Kha kembali.

Percikan hujan terasa seakan menampar wajahku. Mengapa sederas ini? Apakah langit juga merasakan sakit seperti yang aku rasakan? Sehingga dia menangis seperti aku menangis saat ini? Sesaat udara terasa sangaaat hangat. Akupun tak merasakan lagi kerasnya percikan air hujan. Namun aku segera tersadar, Kha ada dibelakangku. Tangan kanannya yang besar Memelukku dengan menyelimuti badanku yang hampir rubuh akibat dinginnya udara dan membuat darahku beku. Dia seakan tak ingin hujan terus menyakitiku dengan menadahkan payung untukku. Air mataku semakin tak bisa diam didalam kantung mataku. Seperti hujan, dia jatuh dengan derasnya. Dengan perlahan Kha berbisik padaku “waktu akan menjawab semua pertanyaanmu”


--


aku terbangun. Aah ternyata pertemuan aku dengan Kha hanya bunga tidurku semalam. Tapi, Akankah mimpi itu menjadi nyata? Semoga saja tidak. Aku segera keluar kamar. Aku lihat Ibuku tersenyum kearahku sambil menyiapkan sarapan. Diruang tengah, Ayah yang hendak berangkat kerja menyempatkan diri untuk menyaksikan tayangan berita televisi.

Ka, sini. Ada kecelakaan pesawat. Pesawat dari Amerika menuju Korea. Waaah mengerikan sekali ya? Semua penumpang tewas.” Ayahku memanggilku dan memintaku untuk ikut serta menyaksikan berita yang sedikit membuatku tercengang pagi itu. Ayah dan aku terus menyaksikan acara itu. Entah kenapa aku merasa aku harus memperhatikan setiap detail berita kecelakaan pesawat yang membuat Ayah menunda sarapannya. Saat televisi menampilkan nama – nama korban aku tertegun. Apakah iya? Apakah nama Kha yang aku liat di televisi itu adalah seorang Kha yang aku kenal? Tidak, tidak mungkin. Kha mengatakan kalau ia akan pulang saat musim dingin. Itu bukan Kha aku. Bukan Kha yang aku cinta. Ayah yang juga memperhatikan berita sejak tadi segera menarik tubuhku yang lemas. Sekarang Kita berdua ada dimobil yang aku sendiri tak tahu akan membawa ku kemana. Ayah juga menelfon temannya yang bekerja di Bandar udara Internasional. Aku seperti kehilangan tenaga. Adakah tempat seperti surga untukku meletakan tubuh lemasku? Aku hanya melihat Kha diotakku. Tuhan, ada apa ini? Tuhan tolong beri aku jawaban segera, sekarang!! Air mataku menetes. Sesekali aku merasa Ayah melihat kearahku.

Sesampainya di Bandar Udara, terlihat seseorang pria seumuran Ayah menghampiri dan mengangguk kepada Ayah. Seperti mengiyakan sesuatu. Ayah segera memelukku. Aku masih belum sadar apa yang sedang terjadi. Kha, aku mohon temui aku seperti kita bertemu di  mimpiku semalam. Aku mohon.


--


Malam itu, malam dimana aku marah dan meminta Kha untuk segera kembali. Kha segera ke Bandar Udara untuk membeli tiket penerbangan terakhir ke Korea. Kha, laki – laki itu terbang dengan pesawat yang baru tadi pagi aku tahu jatuh dan menewaskan seluruh penumpangnya.

Aku benar – benar menyesal, tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Tuhan, aku tahu engkau disana. Bantu aku dan berikan aku jawaban. Aku tidak ingin waktu terlalu lama memberi tahu aku. Aku takut, jika Aku menunggu waktu seperti yang dikatakan Kha dimimpiku itu akan membunuhku secara perlahan.